Analisa Kutipan Novel 1984 George Orwell



1984, adalah novel fenomenal dunia yang bergenre Distopia. Dan berupakan novel distopia pertama yang kemudian menginspirasi penulis lain untuk menulis genre distopia. Novel ini ditulis oleh George Orwell pada tahun 1949.
Distopia merupakan genre yang mengambil latar cerita berupa dunia kelam di masa yang akan datang (Negative Utopia), namun tetap mengangkat isu yang sedang terjadi pada waktu novel  itu dituliskan. Berlawanan dengan genre utopia yang mengambil latar sebuah negeri impian di masa depan.  Novel 1984 ini terinspirasi dari munculnya kekuatan super yang bersifat otoriter dari para diktator,seperti Adolf Hitler di Jerman dan Joseph Stalin di Uni Soviet antara tahun1949.
Jadi isu utama novel ini adalah kebencian dan perlawanan terhadap bahaya dari sebuah masyarakat yang totalitarian atau otoriter.  Totalitarian adalah “(of a system of government) in which there is only one political party that has complete power and control over the peple” (Oxford Dictionary). Jadi, totalitarian bisa dimaknai sebagai sebuah sistem dalam pemerintahan, dimana  hanya ada satu partai politik saja yang menguasai  dan mengontrol masyarakat.
Sedangkan otoriter atau authority adalah “(1) power to give orders; (2) official permission to do sth; (3) people or group with this power” (Oxford Dictionary). Bisa disimpulkan bahwa otoriter adalah seseorang atau kelompok tertentu yang mempunyai kekuasan untuk memberika perintah atau yang bisa memberikan izin dalam suatu hal.  
Secara tidak langsung, novel ini menunjukkan kepada pembaca betapa bahayanya sebuah negara yang menggunakan sistem totalitarian dan otoriter. Tekanan dalam dunia seperti inilah yang diobservasi oleh Orwell di sebuah negara komunis. Sisi positif dari sebuah negara komunis adalah lebih meminimalisir terjadinya konflik, karena hanya ada satu penguasa yang harus ditaati. Namun sisi negatif dari sebuah negara komunis adalah penguasa tunggal ini lebih bersifat sewenang-wenang dan memaksa terhadap masyarakat, karena semua aspek kehidupan mereka yang mengenadalikan; pendidikan, agama, sejarah, bahasa, berita, dll, semua bisa dimanipulasikan sesuai kehendak sang penguasa tunggal, tanpa ada yang mengawasi atau menentangnya.
Dalam novel ini ada beberapa kutipan yang sudah sangat populer, seperti berikut ini:
War is peace
Freedom is slavery
Ignorance is strength
Kalimat tersebut merupakan sebuah slogan dari Partai Penguasa di Ocenia kepada rakyatnya.
-war is peace
Perang adalah kedamaian. Ocenia adalah nama negara untuk latar novel ini. Oleh pemerintah Ocenia, masyarakat selalu diberikan berita tentang perang-perang yang sedang terjadi diluar sana. Namun sesungguhnya perang yang selalu mereka sampaikan kepada masyarakat belum tentu benar-benar terjadi. Karena beritanya dengan mudah bisa berubah-ubah, dan tidak ada satu pun rakyat Ocenia yang pernah keluar dari negaranya. Melalui berita kengerian dari perang di luar negeri Ocenia ini, pemerintah ingin meyakinkan kepada masyarakatnya, “Betapa beruntungnnya mereka tidak berada di negara yang perang. Tapi mereka hidup dalam negara merdeka yang tanpa perang dan tanpa mempertaruhkan nyawa.” Jadi disinilah letak makna War is Peace. Berita perang itu membawa kedamaian di negara Ocenia, karena rakyat jadi takut untuk membangkang kepada pemerintah, dan tidak ingin terjadi perang. Perang adalah penyeimbang dan hal yang harus ‘diadakan’ agar Ocenia bisa tetap damai. Perang  berdampak pada  bersatunya seluruh rakyat Ocenia.
-Freedom is Slavery
Seperti yang ingin disampaikan Partai Penguasa bahwa mereka harus bersyukur hidup di negara merdeka, namun kenyataannya mereka hidup dalam ‘kemerdekaan’ yang semu. Ocenia negara merdeka,  tapi masyarakat tidak memeiliki hak yang merdeka. Mereka hidup dalam kekangan dan paksaan dari Partai Penguasa. Kemerdekaan itu adalah kebebasan bagi Partai Penguasa untuk memperbudak masyarakatnya.
-ignorance is strength
Kebodohan adalah kekuatan. Masyarakat Ocenia tidak memiliki kebebasan apapun dalam hidup mereka, bahkan apa yang mereka pikirkan bisa dikontrol oleh Partai Penguasa. Termasuk dalam bacaan ataupun tulisan. Jadi masyarakat yang bodoh adalah kekuatan bagi Partai Penguasa untuk mengendalikan  mereka tanpa ada pertentangan dan perlawanan.
Two and two made five  (2+2=5)
Dua ditambah dua adalah lima. Bukan sekedar pernyataan hitungan matematika, melainkan sebuah logika realita yang sesungguhnya, “the very existence of the external reality was tacitty denied by their philosophy.” (1984)
Bagaimanapun kita memperjuangkan bahwa 2+2=4, tetap rakyat tidak bisa merubahnya jika Partai Penguasa sudah mengatakan 2+2=5.  Selalu ada factor X yang akan membuat kenyataan tidak sesuai dengan perhitungan nalar kita.
Jadi, jika ditarik pada isu kontemporer di negara kita Indonesia ini, bisa diambli kesesuaiannya seperti quote diatas:
2+2=5
Perang adalah kedamaian
Merdeka adalah perbudakan
Bodoh adalah kekuatan
Penista agama adalah pahlawan yang selalu dibela
Buni yani adalah penyebab dan penyebar kebencian kepada penista agama
Aksi damai umat islam adalah makar terhadap negara
Aksi anarkis, pengacau ketertiban-kebersihan dari pendukung penista adalah pembela Pancasila
Ulama adalah teroris
Asing aseng penjajah kekayaan Indonesia adalah cinta kebhinekaan
Dan lain lain ...



Itulah logika realita saat ini.

Komentar

Postingan Populer